Merapi dan sekitarnya, nampaknya
seperti sebuah ensiklopedi, gudang ilmu kemasyarakatan yang tak kan pernah
lekang oleh waktu. Disana terdapat banyak sekali kisah legenda yang hidup
hingga sekarang, dan layak untuk dipertahankan dan dipelihara, demi kelestarian
alam dan kearifan lokal yang tetap terpelihara dan menjadi pedoman bagi
perikehiduan.
Kisah legenda yang masih cukup
kental itu hidup di daerah kaki Gunung Merapi, baik yang diwilayah Sleman, Klaten,
Boyolali, maupun Magelang. Seprti yang terjadi di wilayah Boyolali paling
barat. Di sebuah dusun kecil, yang masih cukup rapat pepohonan dan tanaman
tanaman keras lainnya, masyarakat sekitar masih sangat percaya akan kisah kisah
itu, dan mereka yakin akan dapat terlindungi oleh amukan dari Merapi.
Mereka mengisahkan apabila
terjadi erupsi, walaupun tetap waspada, namun mereka yakin bahwa aka nada kekeuatan
lain yang tak kalah besarnya dengan kekuatan Merapi yang dapat melindugi
mereka. Sebuah gumpalan awan panas yang datangpun, bila telah sampai ke dusun
mereka, dalam waktu tertentu mereka mendengar bunyi letusan yang tak begitu keras,
namun cukup terdengar oleh seluruh warga. Letusan itu hamper mirip dengan suara
cemeti yang di lecutkan sebanyak tiga kali.
Dari mana asal suara letusan itu?
Suara itu membahana di angkasa, dan sejenak kemudian gumpalan awan panas di
angkasa itupun pecah, terbelah, hingga tak sampai turun ke dusun mereka. Apa yang
terjadi, hingga begitu hebatnya sebuah letusan dapat menyibakkan awan panas
Merapi?
“Kui Biyunge mbenakake setagen Le…..”
kata orang tua itu.
“Itu Bibinya mbenerin tali
pinggangya Nak…”.
Biyunge disini yang dimaksud
adalah Gunung Bibi, yang berada di sebelah tenggara dari Gunung Merapi. Sebuah gunung
kecil, yang konon katanya adalah penghasuhnya Merapi. Bisa dipersonifikasikan
bahwa Merapi adalah seorang anak yang nakal, sehingga perlu pengasuh yang
handal.
Hal ini juga dapat dibuktikan
dari pengalaman beberapa pendaki gunung,apabila mereka tersesat atau hilang di
wilayah Merapi sebagai anak yang nakal, mereka sering kali ditemukan di Gunung
Bibi. Konon pula, penunggu Gunung Merapi kalah “awu”, kalah tua ataupun masih
kalah ilmu di banding dengan penunggu Gunung Bibi.
So, berwisatalah ke desa desa,
disana masih cukup banyak kisah legenda yang dapat memuat kita berkaca dan
intropeksi, dan betapa alam kian hari kian merana……
No comments:
Post a Comment