Indonesia hehoh, lagi. Belum juga
kasus Xenia nya Apriani, kita di kejutkan oleh berita yang tak kalah hebatnya,
hingga menenggelamkan kasus Gayus dan kasus kasus lain sekelasnya.
Seorang pria muda, yang waras
akalnya, setidaknya begitulah sebelum kejadian ini muncul, membunuh 15 orang,
karena cemburu. Cemburu???? Cemmmburu??? Cemmmburuuuuuu????
Ya, wajarlah setiap orang punya
rasa cemburu. Tak salah kan? Itu pertanyaan yang sangat umum, dan kita semua
juga tahu bahwa tak ada yang salah dengan rasa cemburu, sebagai umat manusia. Negara
juga tidak mengatur atau setidaknya, tak ada aturan hokum di dunia ini yang
mengatur tentang cemburu. Indonesia kan sekarng ini hebat dalam berdebat
tentang tak ada aturan hokum, sehingga seolah olah, sesuatu yang tak diatur
oleh peraturan tertulis, semua orang boleh melakukan apa saja.
Cemburu memang sah, boleh dan
merupakan hak dari semua orang. Permasalahannya adalah, cara pelampiasan dari
cemburu inilah yang perlu diwaspadai. Beberapa orang yang mengalami cemburu,
melampiaskannya dengan hanya menangis, menulis, atau melakukan sesuatu yang tak
menyinggung orang atau kepentingan lain. Itu lebih bijak. Namun ada pula yang
berkelakuan seperti jagoan kita ini. Cemburu, bunuh aja!!!
Sang jagoan ini, cemburu pada
pasangannya, yang berjenis kelamin sama. Dalam beberapa literature, perilaku
dari sang jagoan ini adalah karena dia mengidap menyakit (disease) atau
gangguan (disorder) sexual. Dan orang orang yang menderita seperti itu, entah
disease atau disorder, biasanya mempunyai kejiwaan yang lebih dari batas
manusia manusia biasa. Demikian juga dalam hal kecemburuan. Namun apapun itu, nampak nya apa yang diperbuat sama sekali
tak ada hal hal yang membenarkan.
Tak seorang pun bisa memilih dia
dilahirkan sebagai orang seperti apa, namun dalam perkembangan dan menuju
kedewasaan, bukankah setiap orang bisa dan berhak memilih? Pun demikian dengan
sang jagoan kita ini. Kita tentu sepakat, bahwa bliau, sang jagoan kita ini, juga telah memilih jalan hidupnya, yang
ternyata menyimpang dari kebiasaan dan norma perikehidupan yang ada di
masyarakat.
Kalau kita lihat, sebenarnya alasan
dia membunuh adalah sangat sepele. Karena cemburu, dan lalu memberinya minuman
yang dicampur dengan racun tikus. “Hanya
ngerjain saja, biar (mereka) kapok.” Itu kata kata yang terlempar dari
mulutnya. Sangat sepele bukan? Dan tanpa beban, bahkan perasaan berdosa.
Mungkin, sang jagoan ini hanyalah
sebagian kecil dari warga negara Indonesia yang mempunyai kelainan yang sama. Dan
mereka seolah olah, dibiarkan dalam aktivitasnya. Di kota kota besar dan
metropolitan, hal seperti itu adalah banyak sekali, hingga kadang kita menjadi
me”lumrah”kan, walau kita semua tahu bahwa itu adalah tak lumrah.
Yang di khawatirkan adalah, bila
hal seperti ini dibiarkan, dan dilumrahkan, kita semua tahu apa yang akan
terjadi selanjutnya. Mudah mudahan sejarah kaum Nabi Luth AS, tak terulang lagi
di belahan dunia manapun.
NAUZUBILLAH MIN DZALIK! Mudah mudahan
kami semua termasuk ke dalam golongan orang orang yang beruntung. Amin.
No comments:
Post a Comment