Indonesia, adalah negara yang
pada jaman dahulu terdiri dari kerajaan kerajaan besar, seperti Sriwijaya dan
Majaphit, yang hampuir semuanya berkeyakinan pada paham animism dan dinamisme. Adalh
sangat masuk akal pada saat itu, dimana manusia yang merasa sebagai makhluk,
juga mempunyai perasaan bahwa ada sesuatu kekuatan luar biasa yang tak dapat di nalar oleh
mereka, bahkan hingga sekarang pun, masih terlalu banyak kekuatan dan peristiwa
yang terjadi yang tak dapat dicerna oleh logika dan nalar kita sebagai manusia
yang sangat terbatas ini, bila kita menyadarinya.
Hingga wajarlah bila kemudian
muncul paham seperti itu, dimana
setidaknya, mereka percaya bahwa ada kekuatan besar yang mampu mengatur dan
mengendalikan alam semesta ini. Lihatlah peristiwa peristiwa alam yang terjadi
dalam sekala yang cukup besar, seperti tsunami, gempa bumi, dan meletusnya
gunung berapi.
Kita boleh menengok jauh ke
belakang, disaat masa kerajaan Majapahit, dimana dibalik kejayaan dan
keberhasilan yang cemerlang kerajaan terbesar di Indonesia ini, dibaliknya ada
sebuah kekeuatan yang sangat besar, yang mampu sadar maupun tidak, mampu membangun sendi
sendi kehidupan manusia pada kala itu, melalui titah raja. Sebuah kekuatan yang
dapat dipersonifikasikan sebagai wujud manusia ataupun dewa, dengan sebutan
Sabdo Palon.
Sosok ini, yang konon bermukim di
Gunung Tidar, telah terbang karena sebuah utusan yang diterimanya, agar terbang
meuju timur, untuk mengabdi dan menjaga keseimbangan di kerajaan Majapahit pada
jaman itu. Adapun sosok itu, kemudian lengser dari kewajibannya untuk mengasuh
para raja, karena menjelang lunturnya masa kejaayaan kerajaan itu, kaum
bangsawan cenderung untuk berbuiat kejam dan aniaya terhadap rakyatnya. Sosok ini
tak tahan melihat keadaan yang terjadi, sehingga setelah terjadinya Perang
Bubat, sosok ini memilih untuk bertapa di Gunung Lawu, dan berjanji untuk
menjadi pengasuh rakyat jelata, bukan penguasa lagi.
Berbagai macam cara dilakukan
oleh bangsawan Majapahit, bahkan sang raja pun turut serta membujuknya hingga
ke padepokan di Gunung Lawu, agar bersedia menjadi “pemomong” mereka untuk
mengembalikan kejayaan kerajaan yang
telah mulai tenggelam. Namun, darah yang tertumpah telah melebihi batas,
kepentingan penguasa telah memberanguskan hak hak rakyat jelata, yang cenderung
tak tahu apa apa. Yang mereka tahu hanyalah mencukupi kebutuhan mereka sehari
hari, demi anak dan cucu mereka, demi masa depan yang lebih baik.
Namun sebelum Sang Raja mohon
pamit diri, sosok ini berjanji, bahwa suatu saat akan kembali., setelah 500 tahun,
akan mulai menyebarkan agama budi, yaitu sebuah keyakinan yang berpijak kepada
siapakah kita manusia, dimana kita dilahirkan, siapa para pendahulu kita, dan
apa yang harus dilaukan untuk menjaga bumi dan semesta. Kita tak boleh
melupakan hal hal seprti itu, apalagi meninggalkan apa yan g telah nenek moyang
kita bangun dalam segala sendi kehidupan.
Sosok itu akan membuat suatu tanda bila dia telah kembali, yaitu
dengan meletusnya Gunung Merapi, dan laharnya akan mengalir kea rah barat daya.
Akan terjadi rentetan peristiwa lainnya yang mengerikan. Semuanya itu adalah
peringatan pada umat manusia, bahwa dunia ini ada yang menciptakannya.
Jadilah orang yang selalu “eling lan waspada.”
Nisacaya akan luput dari mara bahaya.
No comments:
Post a Comment