NAMANYA selalu dikaitkan dengan organisasi Budi Utomo, walaupun bukan pendiri organisasi kebangkitan nasional itu, dr Wahidin dikenal sebagai penggagas berdirinya organisasi Budi Utomo.
Sejarawan Sulsel, Edward L Poelinggomang menyebut, dr Wahidin merupakan merupakan keturunan bangsawan Makassar, namun lahir di Jawa tepatnya di Sleman Jogjakarta. Edward mengatakan, dr Wahidin dalam catatan sejarah, merupakan keturunan Karaeng Daeng Naba, putera Makassar yang menjadi salah satu komandan divisi tempur paling inti yang pernah dimiliki Kerajaan Mataram.
Edward menambahkan, saat terjadi konflik di kerajaan Gowa, banyak bangsawan Makassar bermigrasi ke Jawa. Itu karena kecewa, pasca-perjanjian Bongaya 1667. Menurutnya, saat bermigrasi tersebut, beberapa bangsawan menikah dengan putri bangsawan Jawa. “Orang Bugis Makassar itu pandai beradaptasi, di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung, itu ciri khasnya,” ujar Edward.
Karena kelebihan bangsawan Bugis-Makassar dalam peperangan, di Keraton Jogja jelas Edward, terdapat nama pasukan Bugis. Dulunya pasukan ini merupakan kekuatan utama saat zaman kerajaan. “Ini merupakan bukti jika bangsawan kita sangat diperhitungkan di tanah Jawa,” bebernya.
Rekam jejak bangsawan Makassar yang melanjutkan perjuangan di tanah Jawa, pernah difilmkan. Film dokumenter berdurasi kurang lebih 20 menit tersebut, pernah ditayangkan di Ruang Rapat PT Media Fajar, gedung Graha Pena Makassar, beberapa tahun lalu.
Dalam film tersebut, penonton diajak menyaksikan peristiwa yang terjadi sekitar 300 tahun lampau. Masa di mana Karaeng Daeng Naba berkiprah di tanah Jawa. Akan tetapi, Karaeng Daeng Naba hanya menjadi pemeran pembantu dalam film bisu tersebut. Pemeran inti yang sebenarnya adalah Karaeng Galesong dan Trunajaya.
Karaeng Daeng Naba dan Karaeng Galesong memang masih keluarga dekat. Keduanya bersepupu, sama-sama bangsawan Kerajaan Gowa, dan sama-sama memimpin ribuan pasukan Bugis-Makassar. Bersama ribuan prajurit yang tetap loyal kepadanya, Karaeng Galesong menyeberangi lautan menuju tanah Jawa. Daerah pertama yang didatangi adalah Kesultanan Banten, kerajaan sahabat Kerajaan Gowa. Apalagi saat itu, Karaeng Galesong mengetahui bahwa Syekh Jusuf, yang juga bangsawan Gowa, membantu Kesultanan Banten menghadapi pasukan Belanda.
Tetapi karena suatu masalah, Karaeng Galesong dan prajuritnya meninggalkan tanah Banten. Dalam perjalanannya kemudian, Karaeng Galesong bertemu dengan Trunajaya (Trunojoyo), seorang bangsawan Madura. Trunajaya mengajak Karaeng Galesong berjuang menghadapi Kerajaan Mataram, yang menjadi boneka Kolonial Belanda. Karaeng Galesong yang tak pernah suka dengan Belanda, setuju. Koalisi ini diperkuat dengan pernikahan antara Karaeng Galesong dan Suratna, puteri Trunajaya.
Di kubu lawan, sepupu Karaeng Galesong, Karaeng Daeng Naba menyusup di VOC. Karaeng Galesong dan Karaeng Daeng Naba sebenarnya punya strategi melumpuhkan VOS. Namun, strategi itu bocor. Pada pertempuran mempertahankan Benteng Plered, Karaeng Galesong gugur.
Kisah berlanjut kepada Karaeng Daeng Naba. Dianggap berjasa meredam perlawanan Trunajaya, Amangkurat II kemudian menikahkan Karaeng Daeng Naba dengan putri Tumenggung Sontoyodo II, dan dihadiahi tanah perdikan di daerah Melati, Sleman, Jogjakarta. Dari hasil pernikahan inilah, menurunkan keturunan hingga pahlawan terkemuka dari Jawa bernama Dr Wahidin Soedirohoesodo, seratus tahun kemudian. Bahkan sekarang menurunkan darahnya pada seorang seniman terkenal bernama KPH Salahuddin Setiawan Djodi Nur Hadiningrat atau lebih dikenal sebagai Setiawan Djodi
Sumber : Karaeng Naba
Boleh minta referensi terkait Karaeng Naba,,saya kebetulan salah satu keturunan beliau
ReplyDeleteuntuk info tentang Beliau justru saya dpt dr internet. itu ada link nya.
ReplyDelete