Terletak di Dusun Ngasinan, Desa Karangbangun, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar. Berada pada posisi 04°14’46” BT dan 07°3’97” LS, pada ketinggian ±500 m dpl di daerah persawahan dan dilewati Sungai Samin serta berada di tepi jalan raya menuju Mangadeg dan Tawangmangu. Di sebelah timur Situs terdapat Gunung Bangun dan Gunung Banoman, sebagaimana diketahui bahwa bangunan peninggalan tradisi Megalitik sebagian besar mengarah ke arah gunung.
Situs Watu Kandang Matesih merupakan bangunan yang berasal dari masa Prasejarah. Para ahli arkeologi berpendapat bahwa Situs Watu Kandang Matesih diperkirakan berasal dari masa Megalitik Tua dan tetap berkembang hingga abad XII M berdasarkan temuan yang ada. Megalitik merupakan sebuah tradisi yang didasarkan pada kepercayaan adanya kehidupan setelah mati atau adanya hubungan antara orang yang masih hidup dengan yang sudah mati. Pendirian bangunan Megalitik lain dimaksudkan sebagai media penghubung antara roh nenek moyang dengan orang yang masih hidup.
Situs Watu Kandang Matesih berupa bangunan temu gelang (stone enclosure), yaitu sekelompok batu (menhir) yang disusun dalam bentuk formasi temu gelang. Formasi ini oleh penduduk setempat sering disebut dengan istilah watu kandang. Struktur batu temu gelang yang ada di Situs Matesih terdiri dari beberapa variasi bentuk, seperti persegi panjang, oval, dan tidak beraturan. Ukurannya ada yang besar (panjang atau diameter lebih dari 150 cm) dan ada pula yang berukutan kecil (panjang atau diameter kurang dari 150 cm).
Selain struktur berupa bangunan temu gelang, di Situs Matesih juga ditemukan beberapa menhir (batu tegak yang didirikan sebagai lambang arwah nenek moyang) dan tahta batu atau sering pula disebut dengan kursi batu (yaitu bangunan menyerupai kursi terdiri dari bagian sandaran dan alas yang disusun dari lempengan-lempengan batu).
Pada tahun 1967 Drs. Soekatno dari LPPN (sekarang Direktorat Peninggalan Purbakala) melaporkan adanya Situs Ngasinan. Tanggal 23 Desember 1967 LPPN melakukan peninjauan terhadap kebenaran laporan tersebut dan terbukti bahwa laporan tersebut benar dan sejak saat itu dilakukan banyak penelitian terhadap Situs tersebut. Bulan Juli 1968 dilakukan pemetaan, penggambaran, pemotretan, survey dan ekskavasi percobaan oleh LPPN. Bulan Agustus 1969 kembali dilakukan ekskavasi dan ditemukan manik-manik dan pecahan gerabah. Tahun 1977 penelitian kembali dilakukan oleh Proyek Penelitian dan Penggalian Purbakala DIY (sekarang Balai Arkeologi Yogyakarta)dengan hasil fragmen gerabah, manic-manik, fragmen keramik Cina dari abad XII M, arang, dan fragmen besi, dan lempengan emas.
Sumber : Watu Kandang
No comments:
Post a Comment