Sunday, June 3, 2018

Situs Watu Gilang Bantul

Sangat menarik mencermati relief relief yang ada di situs ini. Besok ya.......
Salah satu situs peninggalan bersejarah, yang tak banyak diketahui masyarakat adalah situs Watu Gilang, yang terletak di dusun Gilang, Baturetno, Banguntapan, Bantul.
Sepintas, orang mungkin akan menduga situs ini berkaitan dengan cerita sejarah Kerajaan Mataram Islam, di Kotagede. Padahal, meski namanya sama, situs ini sama sekali tak terkait dengan situs Watu Gilang, di Kotagede, yang erat dengan kisah Raja Mataram Islam Pertama, Panembahan Senopati.
Sesuai keterangan yang terdapat di lokasi, situs Watu Gilang di desa Baturetno, Bantul ini merupakan sebuah situs kuno berupa batu besar satuan (monolith) yang terbuat dari jenis batuan tuffastone. Situs Watu Gilang ini berbentuk kotak dengan ukuran sisi sekitar 260cm dan memiliki tinggi sekitar 100 cm.
Ukuran permukaan Batu Gilang agak lebih kecil, yakni sekitar 240 x 230cm dan di tengahnya terdapat lubang berdiameter sekitar 18 cm dengan kedalaman sekitar 15cm.
Berada tak jauh dari jalan raya Jogja-Wonosari, lokasi situs Batu Gilang terletak di tengah pemukiman rumah penduduk yang cukup padat. Di dekatnya terdapat sebuah sendang mata air kecil, yang hingga kini masih berfungsi.
 Warga yang bertugas menjaga dan merawat situs Watu Gilang, Muhammad Dahuri (56)/Foto: Jatmika H Kusmargana
Salah satu yang menarik dari situs Batu Gilang adalah ukiran relief yang terdapat pada keempat sisi batu. Pada setiap sisinya nampak dipenuhi hiasan ukiran berupa sulur-suluran dan ornamen bunga serta sepasang binatang dalam panel yang berbentuk kotak persegi.
Pada dinding batu sebelah utara terdapat ukiran binatang berupa ikan dan musang. Pada sisi timur terdapat ukiran sapi dan kambing. Pada sisi sebelah selatan terdapat ukiran burung dan kuda. Sedangkan pada sisi barat terdapat relief ukiran berbentuk gajah dan kuda terbang, dengan sayapnya yang terkembang.
Masih dari keterangan yang tertera di lokasi, sejumlah sumber menyebut bahwa gambar binatang pada panel itu merupakan perlambangan dari tokoh-tokoh wayang. Meski begitu, hingga saat ini para ahli belum dapat memastikan maksud relief tersebut, termasuk pemanfaatan atau fungsi dari situs Watu Gilang, juga kapan situs ini dibuat.
Sementara itu salah seorang warga yang bertugas menjaga dan merawat situs Watu Gilang, Muhammad Dahuri (56) menyebut berdasarkan cerita yang beredar, konon Watu Gilang ini merupakan situs peninggalan seorang tokoh terkenal dalam dunia pewayangan Parikesit. Yakni anak dari Abimanyu sekaligus cucu dari Arjuna.
“Situs ini memang masih penuh misteri. Para ahli pun belum mengetahui apa sebenarnya fungsi situs ini. Namun diperkirakan relief situs Watu Gilang ini merupakan sebuah bahasa kuno Sansekerta. Pembangunanya juga diperkirakan dilakukan pada masa Mataram Hindu,” katanya Sabtu (27/01/2018).
Meski tanpa pagar serta atap, kondisi kawasan situs Batu Gilang sendiri nampak cukup terpelihara. Hanya berukuran kurang dari 50 meter persegi, halaman situs Watu Gilang nampak bersih dan tertata. Hanya saja, faktor usia membuat sejumlah bagian batu nampak terkelupas. Selain itu batu juga nampak miring karena kondisi tanah menurun.
“Kabarnya ada rencana dari BPCB Yogyakarta untuk membuat alas, pagar besi di sekeliling situs dan atap di atasnya. Namun hingga saat ini belum terlaksana. Tidak tahu juga kenapa,” katanya.
 Situs Watu Gilang di dusun Gilang, Baturetno, Banguntapan, Bantul/Foto: Jatmika H Kusmargana
Sebagai informasi, situs Watu Gilang sendiri hanya merupakan satu dari sekian situs yang pernah ditemukan di sekitar kawasan Bantul bagian utara ini. Tak jauh dari lokasi ini, masih di desa yang sama, yakni dusun Mantub, Baturetno, Tamanan, Bantul, juga pernah ditemukan benda cagar budaya berupa Candi yang dikenal dengan nama candi Mantub.

Sementara di arah sebelah timur dari situs Watu Gilang, diketahui juga pernah terdapat temuan arkelogis lainnya, berupa Candi Gampingan di dusun Gampingan Sitimulyo, dan situs Payak di dusun Payak, Sitimuyo, Piyungan, Bantul, yang hanya berjarak sekitar 4-5 kilometer.

Sumber : watu  gilang






























No comments:

Post a Comment